II.1
Konteks Sosial yang melahirkan Teori ini
Teori interaksi simbolik disebut juga sebagai teori
sosiologi interpretatif. Konsep teori
interaksi simbolik ini diperkenalkan oleh Herbert blumer sekitar tahun 1939.
Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George
Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh blumer guna mencapai
tujuan tertentu. Interaksi simbolik merupakan salah satu
persepektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action teory),
yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Weber. Max Weber mengemukakan 5 ciri
pokok yang berkaitab dengan teori aksi
(action teory) :
a. Tindakan
manusia, yang menurut aktor mengandung makna yang subyektif. Ini
meliputi tindakan nyata.
b. Tindakan
nyata dan yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subyektif.
c. Tindakan
yang meliputi pengaruh positif dari suatu situasi, tindakan yang sengaja
diulang serta tindakan dalam bentuk persetujuan secara diam-diam.
d. Tindakan itu
diarahkan kepada seseorang atau kepada beberapa individu.
e. Tindakan itu
memperhatikan tindakan orang lain dan terarah kepada orang lain itu.
II.2
Pemikiran yang melatarbelakanginya
Menurut
blumer, pokok pikiran interaksi simbolik ada 3:
1. Bahwa
manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning);
2. Makna
itu berasal dari interaksi sosial seseorang dengan sesamanya;
3. Makna
itu diperlukan atau diubah melalui suatu proses penafsiran (interpretative
prosess), yang digunakan orang dalam menghadapi sesuatu yang dijumpainya.
Intinya, blumer hendak mengatakan bahwa makna yang muncul dari interaksi
tersebut tidak begitu saja diterima seseorang, kecuali setelah individu itu
menafsirkannya terlebih dahulu.
II.3
Latar Belakang Pribadi Teoritisi
Teori interaksionisme-simbolik dikembangkan oleh kelompok The Chicago
School dengan tokoh-tokohnya seperti Goerge H.Mead dan Herbert Blummer.Awal
perkembangan interaksionisme simbolik dapat dibagi menjadi dua aliran / mahzab
yaitu aliran / mahzab Chicago, yang dipelopori oleh oleh Herbert Blumer,
melanjutkan penelitian yang dilakukan George Herbert Mead. Blumer meyakini
bahwa studi manusia tidak bisa diselenggarakan di dalam cara yang sama dari
ketika studi tentang benda mati.
Istilah teori ini
pertama kali diperkenalkan oleh Herbert Blumer dalam lingkup sosiologi, sebenarnya ide ini telah
dikemukakan oleh George Herbert Mead (guru
Blumer) yang kemudian dimodifikai oleh Blumer untuk tujuan
tertentu. Karakteristik dasar ide ini
adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat
dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui simbol-simbol
yang nereka ciptakan. Masyarakat
dan diri dipandang sebagai proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses
adalah untuk menghilangkan inti sari hubungan sosial. Masyarakat dan diri dipandang
sebagai proses, yang bukan struktur untuk membekukan proses adalah untuk
menghilangkan inti sari hubungan sosial.
II.4
Asumsi-Asumsi yang mendasarinya
Seseorang yang mengikuti pemikiran
herbert blumer, ketika hendak menggunakan pendekatan interaksi simbolis maka ia
akan menggunakan sejumlah asumsi-asumsi yang diperkenalkan blumer, yaitu:
1. Manusia
bertindak terhadap sesuatu berdasar makna-makna yang dimiliki benda itu bagi
mereka. Asumsi ini menjelaskan prilaku sebagai suatu rangkaian pemikiran dan
perilaku yang dilakukan secara sadar antara rangsangan dan respon orang
berkaitan dengan rangsangan tersebut. Teoritikus SI seperti Habert Blumer
tertarik dengan makna yang ada dibalik perilaku.Mereka mencari makna dengan
mempelajari penjelasan psikologis dan sosiologis mengenai perilaku. Jadi,
ketika Pengantar Teori Komunikasi, Richard West seorang SI melakukan kajian
mengenai perilaku dari Roger Thomas, mereka melihatnya membuat makna yang
sesuai dengan kekuatan sosial yang membentuk dirinya. Makna yang kita berikan
pada simbol merupakan produk dari interaksi simbolik dan menggambarkan
kesepakatan kita untuk menerapkan makna tertentu pada simbol tertentu pula.
2. Makna-makna
itu merupakan hasil dari interaksi sosial dalam masyarakat manusia. Pendekatan
kedua terhadap asal-usul makna, melihat makna itu “dibawa kepada benda oleh
seseorang bagi siapa benda itu bermakna” (Blumer,1969: 4). Posisi ini mendukung
pemikiran bahwa makna terdapat didalam orang bukan didalam benda.Dalam sudut
pandang ini, makna dijelaskan dengan mengisolasi elemen-elemen psikologis
didalam seorang individu yang menghasilkan makna. SI mengambil pendekatan
ketiga terhadap makna, melihat makna sebagai suatu yang terjadi di antara
orang-orang. Makna adalah “produk sosial” atau “ciptaan yang dibentuk dalam dan
melalui pendefinisian aktivitas mausia ketika mereka berinteraksi (Blumer,1969:
5).
3. Makna-makna
dimodifikasikan dan ditangani melalui suatu proses penafsiran yang digunakan
oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan tanda-tanda yang dihadapinya.
Blumer menyatakan bahwa proses intepretatif ini memiliki dua langkah. Pertama,
para pelaku menentukan benda-benda yang memiliki makna. Blumer berargumen bahwa
bagian dari proses ini berbeda dari pendekatan psikologis dan terdiri atas
orang yang terlibat didalam komunikasi dengan dirinya sendiri. Langkah kedua
melibatkan sipelaku untuk memilih, mengecek dan melakukan transformasi makna
didalam konteks dimana mereka berada.
II.5
Pertanyaan Teoritisi yang harus dijawab
Setelah memahami teori ini, kemudian timbul
pertanyaan mengenai proses terjadinya kehidupan masyarakat. Dapatkah teori
interaksi simbolik mempertahankan argumennya mengenai kemampuan khas manusia, yang
membedakannya dengan hewan, dengan menjawab pertanyaan tersebut?
Pertama, fakta sosial harus dianggap bukan sebagai
pengendali dan pemaksa tindakan manusia.Fakta sosial berada pada kerangka
simbol-simbol interaksi manusia, sehingga organisasi masyarakat merupakan
kerangka yang mewadahi terjadinya tindakan-tindakan sosial, bukan merupakan
faktor penentu dari tindakan sosial.
Individu-individu yang berada dalam unit tindakan saling
menyesuaikan atau saling mencocokan tindakan mereka dalam proses tindakan
kolektif dari individu yang tergabung dalam kelompok itu. Bagi teori ini,
individu, interaksi, dan interpretasi merupakan tiga terminologi kunci dalam
memahami kehidupan sosial.
II.6
Proporsi yang ditawarkan untuk dijadikan pedoman Hipotesis
Secara umum, ada 6 proporsi yang dipakai
dalam konsep interaksi simbolik, yaitu:
1. Perilaku
manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala;
2. Pemaknaan
kemanusiaan perlu dicari sumber pada interaksi sosial manusia:
3. Masyarakat
merupakan proses yang berkembang holistik, tak terpisah, tidak linier, dan
tidak terduga;
4. Perilaku
manusia itu berlaku berdasar penafsiran fenomenologik, yaitu berlangsung atas
maksud, pemaknaan, dan tujuan, dan bukan didasarkan atas proses mekanik dan
otomatis;
5. Konsep
mental manusia itu berkembang dialektik; dan
6. Perilaku
manusia itu wajar dan konstruktif reaktif.
II.7 Analisis Realitas Sosial yang
menjadi fokus Kajiannya
Interaksi simbolik dalam pembahasannya
telah berhasil membuktikan adanya hubungan antara bahasa dan
komunikasi.Sehingga, pendekatan ini menjadi dasar pemikiran ahli-ahli ilmu
sosiolinguistik dan ilmu komunikasi.Ralph LaRossa dan Donald C.Reitzes mencatat
tujuh asumsi yang mendasari teori interaksionisme simbolik, yang memperlihatkan
tiga tema besar, yakni:
1. Pentingnya
makna bagi perilaku manusia
2. Pentingnya
konsep mengenai diri, dan
3. Hubungan
antara individu dan masyarakat.
Interaksionisme simbolik adalah salah
satumodel penelitian budaya yangberusaha mengungkap realitas perilaku
manusia.Falsafah dasar interaksionisme simbolik adalah fenomenologi.
Namun, dibanding penelitian
naturalistik dan etnografi yang juga memanfaatkan fenomenologi,
interaksionisme simbolik
memilikiparadigma penelitian tersendiri.
Model penelitian ini pun mulai bergeser
dari awalnya, jika semula lebih mendasarkanpada interaksi kultural
antarpersonal, sekarang telah berhubungandengan aspek masyarakat dan/atau
kelompok. Karena itu bukan mustahil kalau awalnya lebih
banyak dimanfaatkan oleh penelitian sosial, namun selanjutnyajuga
diminati oleh penelitibudaya.
Perspektif interaksisimbolik
berusaha memahami budaya lewat perilaku
manusia yang terpantul dalam komunikasi.
Interaksi simbolik lebih menekankan pada makna interaksi budaya sebuah
komunitas. Makna esensial akan tercermin melalui komunikasi budaya antar warga
setempat. Pada saatberkomunikasi jelas banyak menampilkansimbol yang bermakna,
karenanyatugas peneliti menemukan makna tersebut.
Cara manusia mengartikan dunia dan diri
sendiri berhubungan erat dengan masyarakatnya.Interaksi membuat seseorang
mengenal dunia dan dirinya sendiri. Sebelum bertindak manusia mengenakan
arti-arti tertentu kepada dunianya sesuai dengan skema-skema interpretasi yang
telah disampaikankepadanya melalui
proses-proses sosial. Sehubungan dengan proses-proses tersebut yang mengawali
perilaku manusia, konsep pengambilan peran (role taking) amat penting.
Sebelum seorang diri bertindak, ia
membayangkan dirinya dalam posisi orang lain dan mencoba untuk memahami apa
yaang diharapkan oleh pihak pihak lainnya. Semakin orang mengambil alih atau
membatinkan perananperanan sosial, semakin terbentuk pula identitas atau
kediriannya.Orang harus berkomunikasi supaya dapat berinteraksi lebih lanjut.
Orang harus berpegang pada suatu perspektif bersama yang menghasilkan bahwa
para pesrta memperoleh pandangan kurang lebih sama mengenai situasi dan peranan
mereka masing-masing.
II.8
Metodologi yang digunakan (paradigma-paradigma)
Blumer menegaskan bahwa metodologi
interaksi simbolik merupakan pengkajian fenomena sosial secara langsung.
Tujuannya memperoleh gambaran lebih jelas mengenai apa yang sedang terjadi
dalam lapangan subyek penelitian, dengan sikap yang selalu waspada atas urgensi
menguji dan memperbaiki observasi-observasi. Hasil observasi itu disebut Blumer
sebagai tindakan “pemekaran konsep”
(menambah kepekaan konsep yang digunakan). Sedangkan Prinsip metodologi
interaksi simbolik ini sebagai berikut:
1. Simbol
dan interaksi itu menyatu. Tak cukup bila kita hanya merekam fakta. Kita juga
harus mencari yang lebih jauh dari itu, yakni mencari konteks sehingga dapat
ditangkap simbol dan makna sebenarnya.
2. Karena
simbol dan makna itu tak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subyek perlu
“ditangkap”. Pemahaman mengenai konsep jati diri subyek yang demikian itu adalah
penting.
3. Peneliti
harus sekaligus mengkaitkan antara simbol dan jati diri dengan lingkungan yang
menjadi hubungan sosialnya. Konsep jati diri terkait dengan konsep sosiologis
tentang struktur sosial, dan lainnya.
4. Hendaknya
direkam situasi yang menggambarkan simbol dan maknyanya, bukan hanya merekam
fakta sensual.
5. Metode-metode
yang digunakan hendaknya mampu merefleksikan brentuk perilaku dan prosesnya.
6. Metode
yang dipakai hendaknya mampu menangkap makna dibalik interaksi.
7. Sensitizing,
yaitu sekadar mengarahkan pemikiran, itu yang cocok dengan interkasionisme
simbolik, dan ketika mulai memasuki lapangan perlu dirumuskan menjadi yang
lebih operasional, menjadi scientific
concepts.
II.9
Bias (nilai, kepentingan, kekuasaan) dalam Teori ini
Interaksi simbolik menunjuk pada
karakter interasksi husus yang berlangsung antar manusia.Herbert Blumer
menyatakan, actor tidak semata-mata bereaksi terhadap tindakan yang lain,
tetapi dia menafsirkan dan mendefinisikan setiap tindakan orang lain tersebut.Respon
individu, baik langsung maupun tidak langsung, selalu
didasarkan atas penilaian tersebut. Dengan demikian interaksi antar manusia
dijembatani oleh penggunanan symbol-simbol penafsiran atau dengan menemukan
makna tindakan orang lain.
Blumer melanjutan pernyataan tadi dengan
mengatakan, behawa manusia itu memiliki kedirian dimana ia membuat dirinya
menjadi objek dari tindakannya sendiri, atau ia bertindak menuju pada tindakan
orang lain. Kedirian itu dijembatani oleh bahasa yang mendorong manusia untuk
mengabstaraksikan sesuatu yang berasal dari lingkunganya.
Dari dua penryataan tersebut dapat
ditarik kesimpulan, masyarakat itu terdiri dari individu-individu yang memiliki
kedirian mereka sendiri; tindakan individu itu merupakan suatu konstruksi dan
buka sesuatu yang lepas begitu saja, tindakan kolektif itu terdiri ats beberapa
sususan tindakan sejumlah individu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar