Rabu, 25 Desember 2013

teori interaksionisme simbolik George Herbert Mead

TEORI INTERAKSIONISE SIMBOLIK
OLEH GEORGE HERBERT MEAD



MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Teori-teori sosial
Yang dibina oleh bapak I ketut diara astawa





Oleh:
1.      Umi Suci Sumantri
2.      Nofi pujiyanti
3.      Udin Bagus
4.      Rhoni Sasmito







 















UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM DAN KEWARGANEGARAAN PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Desember  2013
1.      Konteks Sosial Yang Melahirkan Teori
Interaksi simbolik merupakan salah satu prespektif teori yang baru muncul setelah adanya teori aksi (action theory) yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Weber. Teori interaksi simbolik berkembang pertama kali di Universitas Chicago dan dikenal dengan mahzab Chicago tokoh utama dari teori ini berasal dari berbagai Universitas di luar Chicago. Diantaranya John Dewey dan C. H Cooley, filsuf yang semula mengembangkan teori interaksi simbolik di universitas Michigan kemudian pindah ke Chicago dan banyak memberi pengaruh kepada W. I Thomas dan George Herbert Mead.
Sebagaimana kita ketahui konsep itu muncul tatkala Mead mengajar psikologi sosial di Chicago sekitar tahun 1916-1928. Waktu itu dunia sedang dilanda perang besar antara Jerman bersama Austria melawan Perancis, Inggris dan negara-negara sekutu, termasuk Amerika Serikat.  Setelah selesai Perang Dunia Pertama,  Amerika Serikat mengalami depresi ekonomi yang sangat berat. Pada saat itu di Amerika Serikat banyak terjadi persoalan sosial. Dari masalah pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi,  munculnya kasus-kasus perceraian di masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan persoalan sosial lain yang mengidab masyarakat urban yang sekulair. Itulah problema masyarakat modern yang menjadi perhatian ilmuwan social pada masa itu.
Keadaan itu nampaknya mendorong Mead mengamati keseharian kehidupan manusia, terutama mengenai  bagaimana individu melakukan interaksi. Kemudian mengembangkan teori Psikologi sosial. Pada dasarnya dia percaya bahwa ilmu pengetahuan bisa memberikan solusi terhadap berbagai persoalan sosial. Untuk itu selain dia memformulasikan pemikirannya dalam teori interaksi simbolik, keseharian Mead juga aktif dalam kegiatan reformasi sosial. Dia terlibat kegiatan pengumpulan dana yang berkenaan dengan kebijakan di bidang pemukiman sosial di Universitas Chicago. Kondisi eksternal semacam itulah yang menjadi setting sosial ketika Mead menghasilkan pemikiran- pemikirannya. Karena itu tidaklah mengherankan jika kajian tentang Mind, Mead melihat mind secara pragmatis. Yakni mind atau pikiran melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Saat itu Mead berasumsi, dunia nyata penuh dengan masalah (sesuai dengan keadaan saat itu), dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan memungkinkan orang lebih efektif dalam kehidupan.
Begitu pula dalam membahas konsep The Self, George Herbert Mead senantiasa memperhitungkan faktor struktural, yaitu society. Karena pada dasarnya menurut pengamatan Mead konsep diri (the self) yang dia sebut sebagai  “I” menentukan kehendak, keinginan, termasuk ambisi-ambisi dari mahkluk yang namanya manusia. Namun disisi lain diri manusia juga memiliki konsepsi “Me”, yang sangat memperhitungkan keadaan sekelilingnya.  “Me” senantiasa dipengaruhi oleh interaksi internal yang dikaitkan dengan keadaan masyarakat. Itulah struktur sosial  yang berpengaruh terhadap konsepsi the self.
2.      Pemikiran Yang Melatar Belakangi
Mead sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin, yang pada intinya menyatakan bahwa organisme hidup secara berkelanjutan terlibat dalam usaha penyesuaian diri tehadap lingkungannya, sehingga organisme itu mengalami perubahan yang terus-menerus. Dari dasar pemikiran semacam ini mead melihat pikiran manusia,sebagai sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pemunculannya itu memungkinkan manusia untuk menyesuaikan diri secara lebih efektif dengan lingkungan alam dimana ia hidup. Di samping itu, George Herbert Mead juga sependapat dengan Darwin yang menyatakan bahwa komunikasi adalah merupakan ekspresi dari perasaan. George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh idealisme Hegel dan John Dewey. Gerakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain. Sehubungan dengan ini, George Herbert Mead berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara sadar, dan kemampuan tersebut memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir reflektif. Namun, ada kalanya terjadi tindakan manusia dalam interaksi sosial munculnya reaksi secara spontan dan seolah-olah tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada binatang.
Dalam konsep teori Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik terdapat prinsip-prinsip dasar yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. manusia dibekali kemampuan berpikir, tidak seperti binatang
b. kemampuan berpikir ditentukan oleh interaksi sosial individu
c. dalam berinteraksi sosial, manusia belajar memahami simbol-simbol beserta maknanya yang memungkinkan manusia untuk memakai kemampuan berpikirnya
d. makna dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak (khusus dan sosial) dan berinteraksi
e. manusia dapat mengubah arti dan simbol yang digunakan saat berinteraksi berdasar penafsiran mereka terhadap situasi
f. manusia berkesempatan untuk melakukan modifikasi dan perubahan karena berkemampuan berinteraksi dengan diri yang hasilnya adalah peluang tindakan dan pilihan tindakan
g. pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok bahkan masyarakat.
3. Latar Belakang Pribadi Teoritisi
Mead lahir di South Hatley Massachusetts, 27 Februari 1863. Ia merupakan anak kedua dari profesor Hiram Mead dari Obelin Theological Seminary.  Mead  mendapatkan pendidikan terutama di bidang filsafat dan aplikasinya terhadap psikologi sosial. Awalnya ia belajar di perguruan dimana ayahnya bekerja, Oberlin College, hingga mendapatkan sarjana muda pada tahun 1883. Mead dan teman dekatnya, Henry Northrup Castle, menjadi murid yang bersemangat mempelajari sastra, puisi, dan sejarah. Saat itu, Mead amat tertarik dengan karangan-karangan, Shelley, Carlyle, Shakespeare, Keats, dan Milton. Beberapa tahun kemudian Mead menjadi guru Sekolah Dasar, tapi hanya berlangsung selama empat bulan. Kemudian ia   menjadi mantri ukur di perusahaan KA, di Wisconsin Central Rail Road Company, sembari memberikan les prifat.
Tahun 1887 ia melanjutkan kuliah di Harvard, hingga memperoleh gelar Master di bidang filsafat. Di musim gugur 1888, Mead, mengikuti temannya Henry Nortrup ke Leipzig Jerman untuk menempuh program Ph.D dalam bidang philosophy dan physiological psychology. Selama tahun akademik 1888-1889 di University of Leipzig, Mead tertarik pada teori Darwinisme dan belajar kepada Wilhelm Wundt dan G. Stanley Hall (dua orang penemu utama experimental psychology). Atas rekomendasi Hall, Mead pindah ke University of Berlin pada tahun 1889.Disitulah dia kemudian konsentrasi mempelajari teori ekonomi dan psikologi sosial.
Sayangnya Mead tidak pernah menyelesaikan gelar doktornya.   Tahun 1891 ia ditawari mengajar di Universitas Michigan. Tahun 1894 atas undangan John Dewey, ia diajak bergabung  mengajar di Jurusan Filsafat Universitas Chicago. Di Chicago inilah Mead bertahan hingga akhir hayatnya.  Saat itu Mead dan Dewey menjadi  teman akrab yang sering saling bertukar pikiran. Bahkan dalam derajad  tertentu kedua teoritisi ini memiliki kemiripian dalam perspektif filosofi mereka. Hanya saja John Dewey  lebih berkonsentrasi pada filsafat dan pendidikan, sedangkan Herbert Mead lebih banyak bekerja untuk sumbangan pemikirannya pada isu-isu dasar dalam psikologi sosial dan sosiologi.
Mead menikah dengan Helen Castle di Berlin pada bulan Oktober, 1891. Sebelumnya kakak Helen, Henry Northrup Castle, yang merupakan teman akrab Mead menikah terlebih dahulu juga di Berlin dengan Frieda Stechner dari Leipzig. Kemudian Henry and dan pasangannya kembali pindah ke Cambridge, Massachusetts, dimana Henry melanjutkan sekolahnya di Jurusan Hukum di Harvard University. George Herbert Mead punya anak satu satunya yang bernama Henry Castle Albert Mead, yang lahir di Ann Arbor pada tahun 1892. Anak Mead tersebut setelah dewasa menjadi seorang psikiater.
Mead adalah seorang pengajar yang baik, namun bukan seorang penulis yang baik, karenanya dia tidak pernah menyelesaikan sebuah penulisan buku. Kesulitannya menulis itu pernah diucapkannya, “Saya sangat tertekan dengan ketidakmampuan saya menuliskan sesuatu yang saya inginkan.” (Mead, 1993:xii ). Sisi kelemahan Mead yang lain,  Ia juga tidak pernah lulus doktor, namun murid muridnya amat mengaguminya. Para muridnya mengakui bahwa setiap kuliah prof Mead, isinya selalu menarik, dan disampaikan secara mengalir. Salah satu muridnya, Herbert Blumer, pada tahun 1937 memberi julukan pemikiran Mead itu sebagai teori Interaksionisme Simbolik.
4.      Asumsi Yang Mendasarinya
Mead bermaksud membedakan antara teori yang diperkenalkannya dengan teori behaviorisme. Teori behaviorisme mempunyai pandangan bahwa perilaku individu adalah sesuatu yang dapat diamati, artinya mempelajari tingkah laku manusia secara objectif dari luar. Interaksionisme simbolik menurut Mead mempelajari tindakan social dengan menggunakan tehnik introspeksi untuk dapat mengetahui sesuatu yang melatar belakangi tindakan social itu dari sudut actor. jadi interaksionisme simbolik memandang manusia bertindak bukan semata-mata karena stimulus respon, melainkan juga didasarkan atas makna yang diberikan terhadap tindakan tersebut.
Menurut mead, manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikirannya sebelum ia memulai tindakan yang sebenatnya. Sebelum melakukan tindakan yang sebenarnya, seseorang mencoba terlebih dahulu berbagai alternatif tindakan itu melalui pertimbangan pemikirannya. Karena itu, dalam proses tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sebenarnya.
Berpikir menurut mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengamilih dan menggunakan symbol-simbol yang bermakna. Melalui proses interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih mana diantra stimulus yang tertuju kepadanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung menanggapi stimulus,tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.
5.      Pertanyaan Yang Diajukan
Dari teori interaksionisme simbolik Oleh George Herbert Mead kemudian timbul pertanyaan mengenai proses terjadinya kehidupan bermasyarakat. Dapatkah teori interaksionisme simbolik mempertahankan argumennya mengenai kemampuan khas manusia, yang membedakannya dari hewan, dengan menjawab pertanyaan tersebut?
Pertama, fakta social harus dianggap bukan sebagai pengendali dan pemkasa tindakan manusia. Fakta social berada dalam kerangka symbol-simbol interaksi manusia, sehingga organisasi masyarakat merupakan kerangka yang mewadahi terjadinya tindakan-tindakan social,bukan merupakan factor penentu dari tindakan social.
Individu-individu yang berada dalam unit tindakan saling menyesuaikan atau saling mencocokan tindakan mereka dalam proses tindakan kolektif dari individu yang tergabung dalam kelompok itu. Bagi teori ini, individu, interaksi, dan interpretasi merupakan tiga terminologi kunci dalam memahami kehidupan sosial.

6.      Proposisi Yang Ditawarkan
Proposisi umum yang bias diambil adalah individu menentukan sendiri segala sesuatu yang bermakna bagi dirinya sendiri. Menurut mead manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dalam pemikirannya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya,seseorang akan melakukan olah pikir tentang segala kemungkinan alternative tindakan itu secara mental melalui pertimbangan pemikirannya.
Proposisi yang ditawarkan dalam interaksionisme simbolik adalah konsep-konsep tentang Mind (pikiran),  Self (diri) dan Society (masyarakat). Tiga konsep itu dan hubungan di antara ketiganya merupakan inti pemikiran Mead, sekaligus key words dalam teori tersebut. Interaksionisme simbolis secara khusus menjelaskan tentang bahasa, interaksi sosial dan reflektivitas.
Mind atau pikiran, menurut  Mead muncul bersamaan dengan proses sosial dan tidak dapat dipahami sebagai bagian dari proses itu sendiri. Proses komunikasi melibatkan dua fase yaitu:(1)the "conversation of gestures" dan (2)language (bahasa), atau  the "conversation of significant gestures.".  Kedua fase tersebut mensyaratkan suatu konteks sosial dimana dua atau lebih individu berinteraksi dengan satu atau yang lainnya.  Mind, merupakan fenomena sosial yang berupa proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial.
Mead walaupun menolak pandangan tradisional bahwa the mind secara substansial terpisah dari the body, juga menolak kalau dikatakan mind semata-mata merupakan istilah physiology atau neurology. Namun Mead setuju dengan pandangan kaum behavioristik dengan mengatakan “We can explain mind behaviorally if we deny its existence as a substantial entity and view it instead as a natural function of human organisms. But it is neither possible nor desirable to deny the existence of mind altogether”. Jadi Mind sebenarnya merupakan kemampuan individu untuk memunculkan dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja tetapi juga respon komunitas secara keseluruhan. Itulah yang dinamakan mind menurut Mead.
 The self atau diri, menurut Mead merupakan ciri khas dari manusia. Yang tidak dimiliki oleh binatang.    Diri adalah kemampuan untuk menerima diri sendiri sebagai sebuah objek dari perspektif yang berasal dari orang lain, atau masyarakat. Tapi diri juga merupakan kemampuan khusus sebagai subjek.  Diri muncul dan berkembang  melalui aktivitas interaksi sosial dan bahasa. Menurut Mead, mustahil membayangkan diri muncul dalam ketiadaan pengalaman sosial. Karena itu ia bertentangan dengan konsep diri yang soliter dari Cartesian Picture. The self juga memungkinkan orang berperan dalam percakapan dengan orang lain karena adanya sharing of simbol. Artinya, seseorang bisa berkomunikasi, selanjutnya menyadari apa yang dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan menentukan atau mengantisipasi apa yang akan dikatakan selanjutnya.
Mead menggunakan istilah significant gestures (isyarat-isyarat yang bermakna) dan significant communicationdalam menjelaskan bagaimana orang berbagi makna tentang simbol dan merefleksikannya. Ini berbeda dengan binatang, anjing yang menggonggong mungkin akan memunculkan reaksi pada anjing yang lain, tapi reaksi itu hanya sekedar insting, yang tidak pernah diantisipasi oleh anjing pertama. Dalam kehidupan manusia kemampuan mengantisipasi dan memperhitungkan orang lain merupakan cirikhas kelebihan manusia. Menurut Mead kata-kata simbolik yang digunakan manusia dalam interaksi sosial juga mencakup isyarat non verbal (non verbal gestures), dan komunikasi non verbal.
Jadi the self berkait dengan proses refleksi diri, yang secara umum sering disebut sebagai self  control atau self monitoring. Melalui refleksi diri itulah menurut Mead individu mampu menyesuaikan dengan keadaan di mana mereka berada, sekaligus menyesuaikan dari makna, dan efek  tindakan yang mereka lakukan. Dengan kata lain orang secara tak langsung menempatkan diri mereka dari sudut pandang orang lain. Dari sudut pandang demikian orang memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau menjadi kelompok sosial sebagai suatu kesatuan. Dalam hal ini Mead berbeda dengan behavioralismenya Watson. Psikologi Sosial Mead amat menentang determinisme eksternal yang ekstrim. Manusia itu berbeda dengan binatang, karena manusia memiliki konsep diri. Konsep diri dan reflektivitas itu berjalan beriringan, sehingga implikasinya perilaku manusia tidak dapat dijelaskan, atau diprediksi dengan mudah, sebagaimana mekanisme stimulus respon dari Watson.
Mead membedakan antara “I” (saya) dan “me” (aku). I (Saya) merupakan bagian yang aktif dari diri (the self) yang mampu menjalankan perilaku.  “Me” atau aku, merupakan konsep diri tentang yang lain, yang harus mengikuti aturan main, yang diperbolehkan atau tidak.  I (saya) memiliki kapasitas untuk berperilaku, yang dalam batas-batas tertentu  sulit untuk diramalkan, sulit diobservasi, dan tidak terorganisir berisi pilihan perilaku bagi seseorang. Sedangkan “me” (aku) memberikan kepada I (saya) arahan berfungsi untuk mengendalikan I (saya), sehingga hasilnya perilaku manusia lebih bisa diramalkan, atau setidak-tidaknya tidak begitu kacau. Karena itu dalam kerangka pengertian tentang the self (diri), terkandung esensi interaksi sosial. Interaksi antara “I” (saya) dan “me” (aku).  Disini individu secara inheren mencerminkan proses sosial. Dikatakan oleh Mead, bahwa:“There is a dialectical relationship between society and the individual; and this dialectic is enacted on the intra-psychic level in terms of the polarity of the "me" and the "I." The "me" is the internalization of roles which derive from such symbolic processes as linguistic interaction, playing, and gaming; whereas the "I" is a "creative response" to the symbolized structures of the "me". 
Konsep Mead tidak bebas dari kritik. Patrick Baert mengkritik Mead atas validitas beberapa argumen inti filosofi yang dikemukakannya. Menurut Patrick inti pemikiran Mead ada pada posisi kesimpulan bahwa the self itu bersifat  sosial. Tapi menurutnya, Mead tidak jelas dalam memberikan pengertian konsep tersebut.  Dan Mead dianggap tidak konsisten dalam hal pertentangannya dengan konsep Cartesian   maupun behavioralismenya Watson.

7.      Unit Analisis Realitas Sosial Yang Menjadi Fokus Kajian
Realitas social adalah rangkain peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat individu pada dasarnya merupakan sifat dari produk sosial, walaupun mereka banyak merefleksikan penilaian dalam interaksi antar subjek yang merespon dirinya sebagai objek. Pikiran-pikiran yang dituangkan dalam percakapan internal menggunakan symbol yang berkembang dalam proses social.
Manusia mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi symbol- symbol. Kemampuan itu diperlukan untuk komunikasi antar pribadi dan pikiran subjektif. George Herbert mead menyatakan bahwa pikiran atau kesadaran manusia sejalan dengan kerangka evolusi darwinis. Berpikir menurut Mead sama artinya setara dengan melakukan perjalanan panjang yang berlangsung dalam masa antar generasi manusia yang bersifat subhuman. Dalam perjalanan itu ia terus-menerus terlibat dalam usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga sangat memungkinkan terjadinya bentuk atau karakteristiknya.
Bagian penting dari pembahasan mead adalah hubungan timbale balik antara diri sebgai objek dan diri sebagai subjek. Diri adalah suatu proses sosial yang mempunyai kemampuan:
1. memberikan jawaban atau tanggapan kepada diri sendiri seperti orang lain memberi tanggapan atau jawaban,
2. memberikan jawaban atau tanggapan seperti norma umum memberikan jawaban kepadanya (Generalized Others),
3. mengambil bagian dalam percakapannya sendiri dengan orang lain,
4. menyadari apa yang sedang dilakukannya sekarang dan kesadaran untuk melakukan tindakan pada tahap selanjutnya.
Diri sebagai objek ditunjukkan oleh mead melalui konsep me, sementara ketika sebagai subjek ditunjukkan dengan konsep “I”.  analisi Mead mengenai Konsep “I”  membuka peluang besar bagi kebebasan dan spontanitas. Ketika I mempengaruhi me maka timbullah modifikasi konsep diri secara bertahap. Cirri utama pembeda antara manusia dan hewan adalah bahasa atau symbol.
Unit analisis yang dipakai dalam pemikiran George Herbert Mead adalah interaksi yang terjadi dalam individu. Di setiap individu menurut Mead di dalamnya memiliki konsep diri dan kemampuan melakukan  self interaction.  Yaitu interaksi di dalam diri yang berperan mengidentifikiasi  diri mereka sendiri, sekaligus untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap hal-hal yang telah direncanakan ke depan, termasuk kepada orang lain Dengan adanya self interactionperilaku individu dipahami tidak sekadar respon terhadap lingkungan (masyarakat), melainkan juga hasil dari kebutuhan, sikap, motif yang tidak disadari, dan juga nilai-nilai sosial.  Melalui interaksi dengan diri mereka sendiri, orang dapat mengantisipasi berbagai efek yang mungkin muncul dikarenakan perilaku ataupun pilihan-pilihan di antara mereka.
Interaksi yang terjadi pada setiap individu inilah yang menjadi unit analisis dari teori interasionisme simbolik. Namun karena interaksi itu sendiri prosesnya kompleks atau tidak sederhana, melibatkan penggunaan bahasa atau isyarat, juga berkait dengan proses sosial yang ada di masyarakat, maka teori ini juga menganalisa realitas makro, yaitu masyarakat. Tapi masyarakat atau orang lain selalu ada di dalam diri individu. Walau Mead kurang memperhatikan kehidupan masyarakat secara makro. Masyarakat hanya dipandang secara umum sebagai proses sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Pranata Sosial (social institutions) didefinisikan tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan (habits) kolektif.  Tetapi bagi Mead yang terpenting bahwa di setiap diri individu di dalamnya juga terdapat orang lain, dan terjadi interaksi.
Jadi unit analisis untuk penelitian yang menggunakan teori interaksionisme simbolik adalah individu aktor yang diteliti, yaitu meneliti apa yang berlangsung dalam dunia subyektif sang aktor, merasakan pengalaman aktor, dan menangkap dunia makna sang aktor.


8.      Metodologi Yang Digunakan
 Metodologi menyangkut bagaimana penelitian harus dilakukan, atau data dapat diperoleh. Interaksionisme simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah tradisi penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah.  Jadi interaksionisme simbolik indentik dengan penggunaan metodologi kualitiatif, yang bersifat interpretif. Interaksionisme simbolik menganalisis manusia dari aspek perilaku tersembunyi, yaitu proses mental yang namanya berpikir. Karenanya untuk menganalisis realitas yang tersembunyi, dan kedalaman data, yang paling sesuai dan tepat adalah metodologi kualitatif.
Sedangkan dari aspek ontologinya (the nature of reality) mendasarkan pada paradigma construtivism ataupun relativism mengasumsikan, realitas itu merupakan hasil konstruksi mental dari individu-individu pelaku sosial, karenanya realitas itu dipahami secara beragam oleh setiap individu. Jadinya realitas bersifat pluralisme, dan dunia itu terus berubah sesuai dengan proses pemahaman itu. Paradigma konstruktivis dari aspek axiologisnya, menganggap nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari pengembangan ilmu dan penelitian. Ilmuwan atau peneliti berlaku sebagai passionate partisipant, fasilitator yang menjembatani keragaman subyektivitas pelaku sosial. Tujuannya, untuk merekonstruksi realitas sosial secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.
Adapun Prinsip metodologi interaksionisme simbolik ini sebagai berikut:
1)      Symbol dan interaksi itu menyatu. Tak cukup bila kita hanya merekam fakta. Kita juga harus mencari yang lebih jauh dari itu, yakni mencari konteks sehingga dapat ditangkap symbol dan makna sebenarnya.
2)      Karena symbol dan makna itu tak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subjek perlu “ditangkap’. Pemahaman mengenai konsep jati tiri subjek yang demikian itu adalah penting.
3)      Peneliti harus sekaligus mengaitkan antara symbol dan jati diri dengan lingkungan yang menjadi hubungan sosialnya, dan lainnya.
4)      Hendaknya direkam situasi yang menggambarkan symbol dan maknanya, bukan hanya mrekam fakta sensual.
5)      Metode-metode yang digunakan hendaknya mampu merefleksikan bentk prilaku dan prosesnya.
6)      Meode yang dipakai hendaknya mampu menangkap makna dibalik interaksi.
7)      Sensitizing yaitu sekedar mengarahkan pemikiran,itu yang cocok dengan interaksionisme simbolik, dan ketika mulai memasuki lapangan perlu dirimuskan menjadi yang lebih operasional, menjadi scientific concept.



9.      Bias Yang Terkandung
Pemikiran Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead dianggap berpihak pada nilai yang menganggap aktor itu yang lebih menentukan,  dan sedikit meremehkan  atau mengabaikan peran struktur berskala luas. Fokus interaksionalisme simbolik lebih banyak ke persoalan mikro individu dan kurang memperhatikan fenomena tingkat makro. Mead membahas masyarakat terlalu umum, sehingga dinilai bias karena terlalu menitik beratkan pada proses berpikir individu. Seakan-akan hal yang paling penting dalam proses sosial terjadi pada level individu. Tapi disisi yang lain  interaksionisme simbolik dianggap bias dengan mengabaikan faktor-faktor psikologis seperti kebutuhan motif, tujuan, dan aspirasi. Teoretisi interaksi simbolik malah memusatkan perhatian pada arti simbol, tindakan, dan interaksi. Mereka mengabaikan faktor psikologis yang mungkin membatasi atau menekan aktor. Dalam kasus ini teoretisi interaksionisme simbolik dituduh membuat ”pemujaan mutlak” terhadap kehidupan sehari hari. Bias lain interaksionisme simbolik adalah berbagai konsep dasarnya dinilai keliru, tidak tepat, oleh teoretisi lain, karena tak mampu menyediakan basis yang kuat untuk membangun teori dan riset. Konsep-konsepnya terlalu abstrak karena bersifat mentalistis, sulit dioperasionalkan, akibatnya tak dapat menghasilkan proposisi-proposisi  yang dapat diuji dalam penelitian.
Jadi George Herbert Mead menyampaikan teori interaksionisme simbolik, merupakan reaksi dan pengembangan dari pemikiran-pemikiran yang sudah ada sebelumnya, sekaligus menciptakan filsafat baru yang juga original. Interaksionisme simbolik adalah sebuah teori psikologi sosial yang ingin menjelaskan tentang apa dan bagaimana manusia itu, khususnya dalam hal berperilaku. Karenanya interaksionisme simbolik diirasakan bias atau berpihak pada pentingnya individu atau aktor dalam berinteraksi.













Daftar Rujukan

Adriyanto, Krisna. 2010. Teori Komunikasi Interaksionisme Simbolik ( George Herbert Mead ), (Online), (Http://Mysteriouxboyz90.Blogspot.Com/2010/08/Teori-Komunikasi-Interaksionisme.Html) Diakses 1 Desember 2013.
Noviardhi, Laode Iman Toffani . 2011. Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead, (Online), (Http://Reviewkomunikasi.Blogspot.Com/2013/04/Interaksi-Simbolik-Oleh-George-Herbert.Html) Dikses 30 Nopember 2013.
Nugroho, Wisnu. 2013. Menuju Interaksionisme Simbolik Yang Sintetik Dan Integral, (Online),(Http://Jurnalismekapurung.Wordpress.Com/2011/06/17/Interaksionisme-Simbolik-Ala-Herbert-Mead/) Diakses 1 Desember 2013.
Mead, George Herbert. 1993. The Making Of Social Pragmatist. Chicago: University Of Illinois Press Urbana And Chicago.
Wirawan, I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenata Media Grup.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar