TEORI
INTERAKSIONISE SIMBOLIK
OLEH GEORGE
HERBERT MEAD
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS
MATAKULIAH
Teori-teori sosial
Yang dibina oleh bapak I ketut
diara astawa
Oleh:
1. Umi Suci Sumantri
2. Nofi pujiyanti
3. Udin Bagus
4. Rhoni Sasmito
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
JURUSAN HUKUM
DAN KEWARGANEGARAAN PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN
Desember 2013
1.
Konteks
Sosial Yang Melahirkan Teori
Interaksi
simbolik merupakan salah satu prespektif teori yang baru muncul setelah adanya
teori aksi (action theory) yang dipelopori dan dikembangkan oleh Max Weber.
Teori interaksi simbolik berkembang pertama kali di Universitas Chicago dan
dikenal dengan mahzab Chicago tokoh utama dari teori ini berasal dari berbagai
Universitas di luar Chicago. Diantaranya John Dewey dan C. H Cooley, filsuf
yang semula mengembangkan teori interaksi simbolik di universitas Michigan
kemudian pindah ke Chicago dan banyak memberi pengaruh kepada W. I Thomas dan
George Herbert Mead.
Sebagaimana
kita ketahui konsep itu muncul tatkala Mead mengajar psikologi sosial di
Chicago sekitar tahun 1916-1928. Waktu itu dunia sedang dilanda perang besar
antara Jerman bersama Austria melawan Perancis, Inggris dan negara-negara
sekutu, termasuk Amerika Serikat. Setelah selesai Perang Dunia
Pertama, Amerika Serikat mengalami depresi ekonomi yang sangat berat.
Pada saat itu di Amerika Serikat banyak terjadi persoalan sosial. Dari masalah
pengangguran, tingginya kriminalitas, prostitusi, munculnya kasus-kasus
perceraian di masyarakat, hingga banyaknya orang yang mengidap depresi dan
persoalan sosial lain yang mengidab masyarakat urban yang sekulair. Itulah
problema masyarakat modern yang menjadi perhatian ilmuwan social pada masa itu.
Keadaan
itu nampaknya mendorong Mead mengamati keseharian kehidupan manusia,
terutama mengenai bagaimana individu melakukan interaksi. Kemudian
mengembangkan teori Psikologi sosial. Pada dasarnya dia percaya bahwa ilmu
pengetahuan bisa memberikan solusi terhadap berbagai persoalan sosial. Untuk
itu selain dia memformulasikan pemikirannya dalam teori interaksi simbolik,
keseharian Mead juga aktif dalam kegiatan reformasi sosial. Dia terlibat
kegiatan pengumpulan dana yang berkenaan dengan kebijakan di bidang pemukiman
sosial di Universitas Chicago. Kondisi eksternal semacam itulah yang menjadi
setting sosial ketika Mead menghasilkan pemikiran- pemikirannya. Karena itu
tidaklah mengherankan jika kajian tentang Mind, Mead
melihat mind secara pragmatis. Yakni mind atau pikiran
melibatkan proses berpikir yang mengarah pada penyelesaian masalah. Saat itu
Mead berasumsi, dunia nyata penuh dengan masalah (sesuai dengan keadaan saat
itu), dan fungsi pikiranlah untuk mencoba menyelesaikan masalah dan
memungkinkan orang lebih efektif dalam kehidupan.
Begitu
pula dalam membahas konsep The Self, George Herbert Mead senantiasa
memperhitungkan faktor struktural, yaitu society. Karena pada dasarnya
menurut pengamatan Mead konsep diri (the self) yang dia sebut sebagai “I”
menentukan kehendak, keinginan, termasuk ambisi-ambisi dari mahkluk yang
namanya manusia. Namun disisi lain diri manusia juga memiliki konsepsi “Me”,
yang sangat memperhitungkan keadaan sekelilingnya. “Me” senantiasa
dipengaruhi oleh interaksi internal yang dikaitkan dengan keadaan masyarakat.
Itulah struktur sosial yang berpengaruh terhadap konsepsi the self.
2.
Pemikiran
Yang Melatar Belakangi
Mead sangat
dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin, yang pada intinya menyatakan bahwa
organisme hidup secara berkelanjutan terlibat dalam usaha penyesuaian diri
tehadap lingkungannya, sehingga organisme itu mengalami perubahan yang
terus-menerus. Dari dasar pemikiran semacam ini mead melihat pikiran manusia,sebagai
sesuatu yang muncul dalam proses evolusi alamiah. Pemunculannya itu
memungkinkan manusia untuk menyesuaikan diri secara lebih efektif dengan
lingkungan alam dimana ia hidup. Di samping itu, George Herbert Mead juga
sependapat dengan Darwin yang menyatakan bahwa komunikasi adalah merupakan
ekspresi dari perasaan. George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh idealisme
Hegel dan John Dewey. Gerakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh
seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain. Sehubungan dengan ini, George
Herbert Mead berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menanggapi
diri sendiri secara sadar, dan kemampuan tersebut memerlukan daya pikir
tertentu, khususnya daya pikir reflektif. Namun, ada kalanya terjadi tindakan
manusia dalam interaksi sosial munculnya reaksi secara spontan dan seolah-olah
tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada binatang.
Dalam
konsep teori Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik terdapat
prinsip-prinsip dasar yang dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. manusia
dibekali kemampuan berpikir, tidak seperti binatang
b. kemampuan
berpikir ditentukan oleh interaksi sosial individu
c. dalam
berinteraksi sosial, manusia belajar memahami simbol-simbol beserta maknanya
yang memungkinkan manusia untuk memakai kemampuan berpikirnya
d. makna
dan simbol memungkinkan manusia untuk bertindak (khusus dan sosial) dan
berinteraksi
e. manusia
dapat mengubah arti dan simbol yang digunakan saat berinteraksi berdasar
penafsiran mereka terhadap situasi
f. manusia
berkesempatan untuk melakukan modifikasi dan perubahan karena berkemampuan berinteraksi
dengan diri yang hasilnya adalah peluang tindakan dan pilihan tindakan
g. pola
tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok bahkan
masyarakat.
3. Latar Belakang Pribadi Teoritisi
Mead
lahir di South Hatley Massachusetts, 27 Februari 1863. Ia merupakan anak kedua
dari profesor Hiram Mead dari Obelin Theological Seminary. Mead
mendapatkan pendidikan terutama di bidang filsafat dan aplikasinya terhadap
psikologi sosial. Awalnya ia belajar di perguruan dimana ayahnya bekerja,
Oberlin College, hingga mendapatkan sarjana muda pada tahun 1883. Mead dan
teman dekatnya, Henry Northrup Castle, menjadi murid yang bersemangat
mempelajari sastra, puisi, dan sejarah. Saat itu, Mead amat tertarik
dengan karangan-karangan, Shelley, Carlyle, Shakespeare, Keats, dan Milton.
Beberapa tahun kemudian Mead menjadi guru Sekolah Dasar, tapi hanya berlangsung
selama empat bulan. Kemudian ia menjadi mantri ukur di perusahaan
KA, di Wisconsin Central Rail Road Company, sembari memberikan les prifat.
Tahun
1887 ia melanjutkan kuliah di Harvard, hingga memperoleh gelar Master di bidang
filsafat. Di musim gugur 1888, Mead, mengikuti temannya Henry Nortrup ke
Leipzig Jerman untuk menempuh program Ph.D dalam bidang philosophy dan
physiological psychology. Selama tahun akademik 1888-1889 di University of
Leipzig, Mead tertarik pada teori Darwinisme dan belajar kepada Wilhelm Wundt
dan G. Stanley Hall (dua orang penemu utama experimental psychology). Atas
rekomendasi Hall, Mead pindah ke University of Berlin pada tahun 1889.Disitulah
dia kemudian konsentrasi mempelajari teori ekonomi dan psikologi sosial.
Sayangnya
Mead tidak pernah menyelesaikan gelar doktornya. Tahun 1891 ia
ditawari mengajar di Universitas Michigan. Tahun 1894 atas undangan John Dewey,
ia diajak bergabung mengajar di Jurusan Filsafat Universitas Chicago. Di
Chicago inilah Mead bertahan hingga akhir hayatnya. Saat itu Mead dan
Dewey menjadi teman akrab yang sering saling bertukar pikiran. Bahkan
dalam derajad tertentu kedua teoritisi ini memiliki kemiripian dalam
perspektif filosofi mereka. Hanya saja John Dewey lebih berkonsentrasi
pada filsafat dan pendidikan, sedangkan Herbert Mead lebih banyak bekerja untuk
sumbangan pemikirannya pada isu-isu dasar dalam psikologi sosial dan sosiologi.
Mead
menikah dengan Helen Castle di Berlin pada bulan Oktober, 1891. Sebelumnya
kakak Helen, Henry Northrup Castle, yang merupakan teman akrab Mead menikah
terlebih dahulu juga di Berlin dengan Frieda Stechner dari Leipzig. Kemudian
Henry and dan pasangannya kembali pindah ke Cambridge, Massachusetts, dimana
Henry melanjutkan sekolahnya di Jurusan Hukum di Harvard University. George
Herbert Mead punya anak satu satunya yang bernama Henry Castle Albert Mead, yang
lahir di Ann Arbor pada tahun 1892. Anak Mead tersebut setelah dewasa menjadi
seorang psikiater.
Mead
adalah seorang pengajar yang baik, namun bukan seorang penulis yang baik,
karenanya dia tidak pernah menyelesaikan sebuah penulisan buku. Kesulitannya
menulis itu pernah diucapkannya, “Saya sangat tertekan dengan ketidakmampuan
saya menuliskan sesuatu yang saya inginkan.” (Mead, 1993:xii ). Sisi kelemahan
Mead yang lain, Ia juga tidak pernah lulus doktor, namun murid muridnya
amat mengaguminya. Para muridnya mengakui bahwa setiap kuliah prof Mead, isinya
selalu menarik, dan disampaikan secara mengalir. Salah satu muridnya, Herbert
Blumer, pada tahun 1937 memberi julukan pemikiran Mead itu sebagai teori
Interaksionisme Simbolik.
4.
Asumsi
Yang Mendasarinya
Mead
bermaksud membedakan antara teori yang diperkenalkannya dengan teori
behaviorisme. Teori behaviorisme mempunyai pandangan bahwa perilaku individu
adalah sesuatu yang dapat diamati, artinya mempelajari tingkah laku manusia
secara objectif dari luar. Interaksionisme simbolik menurut Mead mempelajari
tindakan social dengan menggunakan tehnik introspeksi untuk dapat mengetahui
sesuatu yang melatar belakangi tindakan social itu dari sudut actor. jadi
interaksionisme simbolik memandang manusia bertindak bukan semata-mata karena
stimulus respon, melainkan juga didasarkan atas makna yang diberikan terhadap
tindakan tersebut.
Menurut
mead, manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikirannya sebelum
ia memulai tindakan yang sebenatnya. Sebelum melakukan tindakan yang sebenarnya,
seseorang mencoba terlebih dahulu berbagai alternatif tindakan itu melalui
pertimbangan pemikirannya. Karena itu, dalam proses tindakan manusia terdapat
suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sebenarnya.
Berpikir
menurut mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri
dengamilih dan menggunakan symbol-simbol yang bermakna. Melalui proses
interaksi dengan diri sendiri itu, individu memilih mana diantra stimulus yang
tertuju kepadanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara
langsung menanggapi stimulus,tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian
memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.
5.
Pertanyaan
Yang Diajukan
Dari
teori interaksionisme simbolik Oleh George Herbert Mead kemudian timbul
pertanyaan mengenai proses terjadinya kehidupan bermasyarakat. Dapatkah teori
interaksionisme simbolik mempertahankan argumennya mengenai kemampuan khas
manusia, yang membedakannya dari hewan, dengan menjawab pertanyaan tersebut?
Pertama,
fakta social harus dianggap bukan sebagai pengendali dan pemkasa tindakan
manusia. Fakta social berada dalam kerangka symbol-simbol interaksi manusia,
sehingga organisasi masyarakat merupakan kerangka yang mewadahi terjadinya
tindakan-tindakan social,bukan merupakan factor penentu dari tindakan social.
Individu-individu
yang berada dalam unit tindakan saling menyesuaikan atau saling mencocokan
tindakan mereka dalam proses tindakan kolektif dari individu yang tergabung
dalam kelompok itu. Bagi teori ini, individu, interaksi, dan interpretasi
merupakan tiga terminologi kunci dalam memahami kehidupan sosial.
6.
Proposisi
Yang Ditawarkan
Proposisi
umum yang bias diambil adalah individu menentukan sendiri segala sesuatu yang
bermakna bagi dirinya sendiri. Menurut mead manusia mempunyai sejumlah
kemungkinan tindakan dalam pemikirannya sebelum ia memulai tindakan yang
sebenarnya,seseorang akan melakukan olah pikir tentang segala kemungkinan
alternative tindakan itu secara mental melalui pertimbangan pemikirannya.
Proposisi
yang ditawarkan dalam interaksionisme simbolik adalah konsep-konsep
tentang Mind (pikiran), Self (diri) dan Society
(masyarakat). Tiga konsep itu dan hubungan di antara ketiganya merupakan inti
pemikiran Mead, sekaligus key words dalam teori tersebut.
Interaksionisme simbolis secara khusus menjelaskan tentang bahasa, interaksi
sosial dan reflektivitas.
Mind atau
pikiran, menurut Mead muncul bersamaan dengan proses sosial dan tidak
dapat dipahami sebagai bagian dari proses itu sendiri. Proses komunikasi
melibatkan dua fase yaitu:(1)the "conversation of gestures" dan
(2)language (bahasa), atau the "conversation of
significant gestures.". Kedua fase tersebut mensyaratkan suatu
konteks sosial dimana dua atau lebih individu berinteraksi dengan satu atau
yang lainnya. Mind, merupakan fenomena sosial yang berupa proses
percakapan seseorang dengan dirinya sendiri. Pikiran muncul dan berkembang
dalam proses sosial dan merupakan bagian integral dari proses sosial.
Mead
walaupun menolak pandangan tradisional bahwa the mind secara
substansial terpisah dari the body, juga menolak kalau
dikatakan mind semata-mata merupakan
istilah physiology atau neurology. Namun Mead setuju dengan
pandangan kaum behavioristik dengan mengatakan “We can explain mind
behaviorally if we deny its existence as a substantial entity and view it
instead as a natural function of human organisms. But it is neither possible
nor desirable to deny the existence of mind altogether”.
Jadi Mind sebenarnya merupakan kemampuan individu untuk memunculkan
dalam dirinya sendiri tidak hanya satu respon saja tetapi juga respon komunitas
secara keseluruhan. Itulah yang dinamakan mind menurut Mead.
The
self atau diri, menurut Mead merupakan ciri khas dari manusia. Yang tidak
dimiliki oleh binatang. Diri adalah kemampuan untuk menerima
diri sendiri sebagai sebuah objek dari perspektif yang berasal dari orang lain,
atau masyarakat. Tapi diri juga merupakan kemampuan khusus sebagai
subjek. Diri muncul dan berkembang melalui aktivitas interaksi
sosial dan bahasa. Menurut Mead, mustahil membayangkan diri muncul dalam
ketiadaan pengalaman sosial. Karena itu ia bertentangan dengan konsep diri yang
soliter dari Cartesian Picture. The self juga memungkinkan orang
berperan dalam percakapan dengan orang lain karena adanya sharing of
simbol. Artinya, seseorang bisa berkomunikasi, selanjutnya menyadari apa yang
dikatakannya dan akibatnya mampu menyimak apa yang sedang dikatakan dan
menentukan atau mengantisipasi apa yang akan dikatakan selanjutnya.
Mead
menggunakan istilah significant gestures (isyarat-isyarat yang
bermakna) dan significant communicationdalam menjelaskan bagaimana orang
berbagi makna tentang simbol dan merefleksikannya. Ini berbeda dengan binatang,
anjing yang menggonggong mungkin akan memunculkan reaksi pada anjing yang lain,
tapi reaksi itu hanya sekedar insting, yang tidak pernah diantisipasi oleh
anjing pertama. Dalam kehidupan manusia kemampuan mengantisipasi dan
memperhitungkan orang lain merupakan cirikhas kelebihan manusia. Menurut Mead
kata-kata simbolik yang digunakan manusia dalam interaksi sosial juga mencakup
isyarat non verbal (non verbal gestures), dan komunikasi non verbal.
Jadi the
self berkait dengan proses refleksi diri, yang secara umum sering disebut
sebagai self control atau self monitoring. Melalui
refleksi diri itulah menurut Mead individu mampu menyesuaikan dengan keadaan di
mana mereka berada, sekaligus menyesuaikan dari makna, dan efek tindakan
yang mereka lakukan. Dengan kata lain orang secara tak langsung menempatkan
diri mereka dari sudut pandang orang lain. Dari sudut pandang demikian orang
memandang dirinya sendiri dapat menjadi individu khusus atau menjadi kelompok
sosial sebagai suatu kesatuan. Dalam hal ini Mead berbeda dengan behavioralismenya
Watson. Psikologi Sosial Mead amat menentang determinisme eksternal yang
ekstrim. Manusia itu berbeda dengan binatang, karena manusia memiliki konsep
diri. Konsep diri dan reflektivitas itu berjalan beriringan, sehingga
implikasinya perilaku manusia tidak dapat dijelaskan, atau diprediksi dengan
mudah, sebagaimana mekanisme stimulus respon dari Watson.
Mead
membedakan antara “I” (saya) dan “me” (aku). I (Saya) merupakan bagian yang
aktif dari diri (the self) yang mampu menjalankan perilaku. “Me” atau
aku, merupakan konsep diri tentang yang lain, yang harus mengikuti aturan main,
yang diperbolehkan atau tidak. I (saya) memiliki kapasitas untuk
berperilaku, yang dalam batas-batas tertentu sulit untuk diramalkan,
sulit diobservasi, dan tidak terorganisir berisi pilihan perilaku bagi
seseorang. Sedangkan “me” (aku) memberikan kepada I (saya) arahan berfungsi
untuk mengendalikan I (saya), sehingga hasilnya perilaku manusia lebih bisa
diramalkan, atau setidak-tidaknya tidak begitu kacau. Karena itu dalam kerangka
pengertian tentang the self (diri), terkandung esensi interaksi
sosial. Interaksi antara “I” (saya) dan “me” (aku). Disini individu
secara inheren mencerminkan proses sosial. Dikatakan oleh Mead, bahwa:“There is
a dialectical relationship between society and the individual; and this
dialectic is enacted on the intra-psychic level in terms of the polarity of the
"me" and the "I." The "me" is the internalization
of roles which derive from such symbolic processes as linguistic interaction,
playing, and gaming; whereas the "I" is a "creative
response" to the symbolized structures of the "me".
Konsep
Mead tidak bebas dari kritik. Patrick Baert mengkritik Mead atas validitas
beberapa argumen inti filosofi yang dikemukakannya. Menurut Patrick inti
pemikiran Mead ada pada posisi kesimpulan bahwa the self itu
bersifat sosial. Tapi menurutnya, Mead tidak jelas dalam memberikan
pengertian konsep tersebut. Dan Mead dianggap tidak konsisten dalam hal
pertentangannya dengan konsep Cartesian maupun behavioralismenya
Watson.
7.
Unit
Analisis Realitas Sosial Yang Menjadi Fokus Kajian
Realitas
social adalah rangkain peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam
masyarakat individu pada dasarnya merupakan sifat dari produk sosial, walaupun
mereka banyak merefleksikan penilaian dalam interaksi antar subjek yang
merespon dirinya sebagai objek. Pikiran-pikiran yang dituangkan dalam
percakapan internal menggunakan symbol yang berkembang dalam proses social.
Manusia
mempunyai kemampuan untuk menciptakan dan memanipulasi symbol- symbol.
Kemampuan itu diperlukan untuk komunikasi antar pribadi dan pikiran subjektif.
George Herbert mead menyatakan bahwa pikiran atau kesadaran manusia sejalan
dengan kerangka evolusi darwinis. Berpikir menurut Mead sama artinya setara dengan
melakukan perjalanan panjang yang berlangsung dalam masa antar generasi manusia
yang bersifat subhuman. Dalam perjalanan itu ia terus-menerus terlibat dalam
usaha menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sehingga sangat memungkinkan
terjadinya bentuk atau karakteristiknya.
Bagian
penting dari pembahasan mead adalah hubungan timbale balik antara diri sebgai
objek dan diri sebagai subjek. Diri adalah suatu proses sosial yang mempunyai
kemampuan:
1. memberikan
jawaban atau tanggapan kepada diri sendiri seperti orang lain memberi tanggapan
atau jawaban,
2. memberikan
jawaban atau tanggapan seperti norma umum memberikan jawaban kepadanya
(Generalized Others),
3. mengambil
bagian dalam percakapannya sendiri dengan orang lain,
4. menyadari
apa yang sedang dilakukannya sekarang dan kesadaran untuk melakukan tindakan
pada tahap selanjutnya.
Diri
sebagai objek ditunjukkan oleh mead melalui konsep me, sementara ketika sebagai
subjek ditunjukkan dengan konsep “I”.
analisi Mead mengenai Konsep “I”
membuka peluang besar bagi kebebasan dan spontanitas. Ketika I
mempengaruhi me maka timbullah modifikasi konsep diri secara bertahap. Cirri
utama pembeda antara manusia dan hewan adalah bahasa atau symbol.
Unit
analisis yang dipakai dalam pemikiran George Herbert Mead adalah interaksi yang
terjadi dalam individu. Di setiap individu menurut Mead di dalamnya memiliki
konsep diri dan kemampuan melakukan self interaction. Yaitu
interaksi di dalam diri yang berperan mengidentifikiasi diri mereka
sendiri, sekaligus untuk melakukan evaluasi dan analisis terhadap hal-hal yang
telah direncanakan ke depan, termasuk kepada orang lain Dengan adanya self
interactionperilaku individu dipahami tidak sekadar respon terhadap lingkungan
(masyarakat), melainkan juga hasil dari kebutuhan, sikap, motif yang tidak
disadari, dan juga nilai-nilai sosial. Melalui interaksi dengan diri
mereka sendiri, orang dapat mengantisipasi berbagai efek yang mungkin muncul
dikarenakan perilaku ataupun pilihan-pilihan di antara mereka.
Interaksi
yang terjadi pada setiap individu inilah yang menjadi unit analisis dari teori
interasionisme simbolik. Namun karena interaksi itu sendiri prosesnya
kompleks atau tidak sederhana, melibatkan penggunaan bahasa atau isyarat, juga
berkait dengan proses sosial yang ada di masyarakat, maka teori ini juga
menganalisa realitas makro, yaitu masyarakat. Tapi masyarakat atau orang lain
selalu ada di dalam diri individu. Walau Mead kurang memperhatikan kehidupan
masyarakat secara makro. Masyarakat hanya dipandang secara umum sebagai proses
sosial tanpa henti yang mendahului pikiran dan diri. Pranata Sosial (social
institutions) didefinisikan tak lebih dari sekadar sebagai kebiasaan-kebiasaan
(habits) kolektif. Tetapi bagi Mead yang terpenting bahwa di setiap diri
individu di dalamnya juga terdapat orang lain, dan terjadi interaksi.
Jadi
unit analisis untuk penelitian yang menggunakan teori interaksionisme simbolik
adalah individu aktor yang diteliti, yaitu meneliti apa yang berlangsung dalam
dunia subyektif sang aktor, merasakan pengalaman aktor, dan menangkap dunia
makna sang aktor.
8.
Metodologi
Yang Digunakan
Metodologi
menyangkut bagaimana penelitian harus dilakukan, atau data dapat diperoleh.
Interaksionisme simbolik termasuk ke dalam salah satu dari sejumlah tradisi
penelitian kualitatif yang berasumsi bahwa penelitian sistematik harus
dilakukan dalam suatu lingkungan yang alamiah. Jadi interaksionisme
simbolik indentik dengan penggunaan metodologi kualitiatif, yang bersifat
interpretif. Interaksionisme simbolik menganalisis manusia dari aspek
perilaku tersembunyi, yaitu proses mental yang namanya berpikir. Karenanya
untuk menganalisis realitas yang tersembunyi, dan kedalaman data, yang paling
sesuai dan tepat adalah metodologi kualitatif.
Sedangkan
dari aspek ontologinya (the nature of reality) mendasarkan pada paradigma construtivism ataupun relativism mengasumsikan,
realitas itu merupakan hasil konstruksi mental dari individu-individu pelaku
sosial, karenanya realitas itu dipahami secara beragam oleh setiap individu.
Jadinya realitas bersifat pluralisme, dan dunia itu terus berubah sesuai dengan
proses pemahaman itu. Paradigma konstruktivis dari aspek axiologisnya,
menganggap nilai, etika dan pilihan moral merupakan bagian tak terpisahkan dari
pengembangan ilmu dan penelitian. Ilmuwan atau peneliti berlaku
sebagai passionate partisipant, fasilitator yang menjembatani keragaman
subyektivitas pelaku sosial. Tujuannya, untuk merekonstruksi realitas sosial
secara dialektis antara peneliti dengan pelaku sosial yang diteliti.
Adapun
Prinsip metodologi interaksionisme simbolik ini sebagai berikut:
1) Symbol
dan interaksi itu menyatu. Tak cukup bila kita hanya merekam fakta. Kita juga
harus mencari yang lebih jauh dari itu, yakni mencari konteks sehingga dapat
ditangkap symbol dan makna sebenarnya.
2) Karena
symbol dan makna itu tak lepas dari sikap pribadi, maka jati diri subjek perlu
“ditangkap’. Pemahaman mengenai konsep jati tiri subjek yang demikian itu
adalah penting.
3) Peneliti
harus sekaligus mengaitkan antara symbol dan jati diri dengan lingkungan yang
menjadi hubungan sosialnya, dan lainnya.
4) Hendaknya
direkam situasi yang menggambarkan symbol dan maknanya, bukan hanya mrekam
fakta sensual.
5) Metode-metode
yang digunakan hendaknya mampu merefleksikan bentk prilaku dan prosesnya.
6) Meode
yang dipakai hendaknya mampu menangkap makna dibalik interaksi.
7) Sensitizing
yaitu sekedar mengarahkan pemikiran,itu yang cocok dengan interaksionisme
simbolik, dan ketika mulai memasuki lapangan perlu dirimuskan menjadi yang
lebih operasional, menjadi scientific concept.
9.
Bias
Yang Terkandung
Pemikiran
Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead dianggap berpihak pada nilai yang
menganggap aktor itu yang lebih menentukan, dan sedikit meremehkan
atau mengabaikan peran struktur berskala luas. Fokus interaksionalisme simbolik
lebih banyak ke persoalan mikro individu dan kurang memperhatikan fenomena
tingkat makro. Mead membahas masyarakat terlalu umum, sehingga dinilai bias
karena terlalu menitik beratkan pada proses berpikir individu. Seakan-akan
hal yang paling penting dalam proses sosial terjadi pada level individu. Tapi
disisi yang lain interaksionisme simbolik dianggap bias dengan
mengabaikan faktor-faktor psikologis seperti kebutuhan motif, tujuan, dan
aspirasi. Teoretisi interaksi simbolik malah memusatkan perhatian pada
arti simbol, tindakan, dan interaksi. Mereka mengabaikan faktor psikologis yang
mungkin membatasi atau menekan aktor. Dalam kasus ini teoretisi interaksionisme
simbolik dituduh membuat ”pemujaan mutlak” terhadap kehidupan sehari hari. Bias
lain interaksionisme simbolik adalah berbagai konsep dasarnya dinilai keliru,
tidak tepat, oleh teoretisi lain, karena tak mampu menyediakan basis yang kuat
untuk membangun teori dan riset. Konsep-konsepnya terlalu abstrak karena
bersifat mentalistis, sulit dioperasionalkan, akibatnya tak dapat menghasilkan
proposisi-proposisi yang dapat diuji dalam penelitian.
Jadi
George Herbert Mead menyampaikan teori interaksionisme simbolik, merupakan
reaksi dan pengembangan dari pemikiran-pemikiran yang sudah ada sebelumnya,
sekaligus menciptakan filsafat baru yang juga original. Interaksionisme
simbolik adalah sebuah teori psikologi sosial yang ingin menjelaskan tentang
apa dan bagaimana manusia itu, khususnya dalam hal berperilaku. Karenanya
interaksionisme simbolik diirasakan bias atau berpihak pada pentingnya individu
atau aktor dalam berinteraksi.
Daftar
Rujukan
Adriyanto,
Krisna. 2010. Teori Komunikasi Interaksionisme Simbolik ( George Herbert Mead
), (Online), (Http://Mysteriouxboyz90.Blogspot.Com/2010/08/Teori-Komunikasi-Interaksionisme.Html)
Diakses 1 Desember 2013.
Noviardhi,
Laode Iman Toffani . 2011. Interaksionisme Simbolik George Herbert Mead,
(Online), (Http://Reviewkomunikasi.Blogspot.Com/2013/04/Interaksi-Simbolik-Oleh-George-Herbert.Html)
Dikses 30 Nopember 2013.
Nugroho,
Wisnu. 2013. Menuju Interaksionisme Simbolik Yang Sintetik Dan Integral,
(Online),(Http://Jurnalismekapurung.Wordpress.Com/2011/06/17/Interaksionisme-Simbolik-Ala-Herbert-Mead/)
Diakses 1 Desember 2013.
Mead,
George Herbert. 1993. The Making Of Social Pragmatist. Chicago: University Of
Illinois Press Urbana And Chicago.
Wirawan,
I.B. 2012. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Jakarta: Kencana Prenata
Media Grup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar